Kemampuan lingkungan dalam mempengaruhi persepsi manusia

Leave a Comment


Seberapa besarkah pendapat dan prilaku kita dipengaruhi oleh orang lain?
atau seberapa besarkah kemampuan kita untuk mengendalikan orang lain?

Well, artikel kali ini ane mau membahas tentang kemampuan luar biasa manusia untuk mempengaruhi orang lain atau mungkin sebaliknya ketidakmampuaan manusia untuk tidak meniru prilaku orang lain? “whatever”.

Sebuah eksperimen sosial tentang prilaku manusia yang membuktikan bagaimana lingkungan dapat mengubah persepsi kita yang saya kutip dari sebuah buku yang ditulis oleh Tony buzan yang berjudul “the power of social intelligence” . Dalam buku itu buzan diminta untuk membantu sebuah eksperimen yang dirancang oleh seorang peneliti interaksi sosial manusia yaitu Profesor Asche, penelitian itu dilakukan sebagai berikut :

Bayangkan sebuah kamar mungil, di depan terdapat sebuah meja tulis dengan sebuah kursi. Pada jarak kira-kira 3 m dari depan meja tulis terdapat tiga buah kursi yang berjajar menghdap ke meja tulis tersebut, seperti ruang interview. Eksperimen tersebut melibatkan lima orang: dua orang “psikolog” (orang yang berseragam psikolog) dan tiga orang mahasiswa pengamat.

Dalam eksperimen tersebut , salah seorang “psikologi” berdiri dan melakukan presentasi “tes visual” kepada para pengamat, sedangkan “psikolog (Tony Buzan)” yang satu lagi mencatat dan menjelaskan eksperimen ini kepada ketiga mahasiswa pengamat ini, berikut yang dikatakan Buzan kepada para pengamat:

“kami akan menunjukkan sejumlah kartu kepada anda. Pada setiap kartu ada gambar tiga garis vertikal tebal berwarna hitam, setiap garis vertikal tersebut diberi label “A” , “B”, “C” di bawahnya. Tugas anda adalah menyatakan secara berurutan garis-garis yang paling tinggi sampai ke yang paling pendek dengan menyebutkan huruf mewakili setiap garis tersebut. Susunan urutan garis2 pada setiap kartu berbeda , orang yang duduk disebelah kiri selalu mendapat giliran pertama, orang yang duduk ditengah giliran kedua dan orang yang dikanan mendapat giliran terakhir untuk menyebutkannya”

Sebenarnya, ada rencana jahil yang tersembunyi dibalik eksperimen ini, tanpa sepengetahuan sipengamat yang duduk di paling kanan (pengamat ketiga), kedua pengamat lainnya sudah diberitau tentang “permainan” ini dan mereka bersedia untuk berpura-pura sebagai “pengamat” , kartu-kartu sudah tersusun secara khusus, dan kedua pengamat palsu tersebut sudah dilatih untuk memberikan jawaban yang telah ditetapkan, tapi mereka akan secara daramatis beraksi seolah-olah sedang berpikir keras sebelum memberikan setiap jawaban.

Sewaktu dua kartu pertama diperlihatkan, pengamat pertama dan kedua memberikan jawaban yang benar. Pada waktu kartu ketiga diperlihatkan pengmat pertama memberikan jawaban rancu antara jawaban yang benar dan salah, berpura-pura menguras otak dan pada akhirnya menyatakan bahwa garis yang panjangnya pertengahan (medium) adalah yang terpanjang, dan garis yang terpanjang adalah pertengahan dan yang terpendek adalah yang terpendek, pengamat kedua mengeluarkan suara “mmm” dan “huhh.. cekkk” menggoyang-goyangkan kepala, dan memperlihatkan sikap ragu-ragu, dan akhirnya berkata “ya, betul, saya setuju begitu……” dan memberikan jawaban yang sama seperti pengamat pertama.

Bisa dibayangkan kekalutan pikiran pengamat ketiga yang malang itu, dan bayangkan reaksi sobat jika anda yang berada dalam posisi tersebut.

Prosedur ini diulang2 berkali-kali sampai semua kartu berjumlah 17 selesai, pengamat pertama semakin lama semakin ngawur sedangkan pengamat kedua selalu tersiksa dengan keraguannya, tetapi pada akhirnya menyamakan jawabnanya degan jawaban pengamat pertama, padahal jawaban2 tersebut jelas-jelas salah. Pada saat-saat yang langka seperti ketika sipengamat pertama membirikan jawaban dengan segera dan salah, serta merta perngamat kedua membeonya.

Mereka(Buzan dkk) mengulang eksperimen serupa ini, dengan 20 orang(pengamat ketiga) yang berbeda, dan telah mencatat dengan cermat hasil jawaban2 pengamat-pengamat ketiga.

Menurut sobat bagaimana hasil jawaban-jawaban para pengamat ketiga(objek penelitian)?

Apakah menurut sobat mereka, semuanya tidak setuju dengan jawaban-jawaban yang diberikan pengamat pertama dan kedua?

Apakah hanya sebagian yang setuju, atau tak seorang pun yang tidak setuju?

Hasilnya benar-benar menakjubkan, yang membuat penulis dan ane sendiri sadar bahwa betapa kuatnya sesungguhnya pengaruh sosial yang kita miliki yang dapat saling mempengaruhi kita semua satu sama lain. benar-benar eksperimen sosial yang mengagumkan.

Diatas 60% pengamat ketiga memberikan jawaban yang sama seperti jawaban-jawaban mengecohkan yang diberikan pengamat pertama dan kedua. Ketika para “pengamat ketiga” ini di uji ulang dengan mengunakan kartu-kartu yang sama tapi kali ini sendirian, hasil tes mereka 100% tepat. Dan ketika ditanyakan kenapa bisa terjadi perbedaan dengan hasil tes sebelumnya, mereka menyatakan bahwa mereka tahu jawaban yang benar, tapi terpengaruh oleh pengamat pertama dan kedua sehingga merasa penglihatan mereka salah sehingga mereka memilih untuk ikut-ikutan.

Hal yang lebih menakjubkan adalah ada sebagian kecil dari mereka “ pengamat ketiga yg ikut-ikutan” yang menyatakan bahwa mereka benar-benar yakin telah memberi jawaban yang benar sesuai yang mereka lihat, ini menyimpulkan bahwa kekuatan interaksi sosial demikian kuatnya sehingga betul-betul bisa mendistorsi persepsi.

Bahkan orang-orang yang tetap bertahan pada persepsi mereka yang benar melawan kekuatan persuasif sosial pengamat pertama dan kedua, mengaku mengalami gejolak emosi pada waktu melawan kekuatan persuasif supaya bisa tetap memberikan jawaban yang menurut mereka benar. Ada seorang diantara mereka yang menjadi bingung dan memandang kedua pengamat lainnya, dan pada tes-tes berikutnya ada yang sampai mengeluarkan sisir sakunya untuk mengukur ketinggian garis-garis tersebut.

Ada seorang lagi, ketika si pengamat pertama menyatakan dengan nada datar bahwa garis yang terpanjang adalah yang terpendek, amarahnya meledak “ ada apa dengan anda, goblok! Apakah anda buta?”

Eksperimen Prof. Asche yang telah diulangi berkali-kali dengan hasil serupa, menggarisbawahi kenyataan bahwa interaksi sosial mendasar saja sudah bisa menimbulkan emosi kuat pada kita, membuat kita meragukan sesuatu yang kita tahu kebenaranya, sampai-sampai dapat mengubah pandangan kita, bahkan bisa menguasai kita untuk mengikuti konformitas sosial!

Lalu bagaimana sekarang kita sudah sadarkah, kita sering menyukai sesuatu yang sebenarnya kita tidak suka, yah hanya mengikuti trend atau teman-teman kita, betapa sering kita menginginkan dan mengejar sesuatu yang kita lihat ditelevisi, iklan, dan seluruh media yang sebenarnya hati nurani kita mengetahuinya bahwa hal itu salah dan kita tahu kita tidak membutuhkannya.

Well, sekian dulu ya sob, semoga artikel "kemampuan lingkungan mengubah persepsi kita" ini bisa bermanfaat buat ane 'n sobat semua...

Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 comments:

Post a Comment